17 Mac 2012

Perjalanan Baginda_

 Di suatu pagi hari, Rasulullah SAW bercerita kepada para sahabatnya, bahawa semalam beliau didatangi dua orang tamu. Dua tamu itu mengajak Rasulullah untuk pergi ke suatu negeri, dan Rasul menerima ajakan mereka. Akhirnya mereka pun pergi bertiga.
Ketika dalam perjalanan, mereka mendatangi seseorang yang tengah berbaring. Tiba-tiba di dekat kepala orang itu ada orang lain yang berdiri dengan membawa sebongkah batu besar.
Orang yang membawa batu besar itu dengan serta merta melemparkan batu tadi ke atas kepala orang yang sedang berbaring, maka remuklah kepalanya dan menggelindinglah batu yang dilempar tadi. 
Kemudian orang yang melempar batu itu berusaha memungut kembali batu tersebut. Tapi dia tidak bisa meraihnya hingga kepala yang remuk tadi kembali utuh seperti semula. Setelah batu dapat diraihnya, orang itu kembali melemparkan batu tersebut ke orang yang sedang berbaring tadi, begitu seterusnya ia melakukan hal yang serupa seperti semula.
Melihat kejadian itu, Rasulullah bertanya kepada dua orang tamu yang mengajaknya, “Maha Suci Allah, apa ini?”
“Sudahlah, lanjutkan perjalanan!” jawab keduanya. Maka mereka pun pergi melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan, mereka mendatangi seseorang lagi. Orang tersebut sedang terlentang dan di sebelahnya ada orang lain yang berdiri dengan membawa gergaji dari besi. Tiba-tiba digergajinya salah satu sisi wajah orang yang sedang terlentang itu hingga mulut, tenggorokan, mata, sampai tengkuknya. Kemudian si penggergaji pindah ke sisi yang lain dan melakukan hal yang sama pada sisi muka yang pertama. Orang yang menggergaji ini tidak akan pindah ke sisi wajah lainnya hingga sisi wajah si terlentang tersebut sudah kembali seperti sediakala. Jika dia pindah ke sisi wajah lainnya, dia akan menggergaji wajah si terletang itu seperti semula. Begitu seterusnya dia melakukan hal tersebut berulang-ulang.
Rasulullah pun bertanya, “Subhanallah, apa pula ini?”
Kedua tamunya menjawab, “Sudah, menjauhlah!”
Maka mereka pun kembali melanjutkan perjalanan. Selanjutnya mereka mendatangi sesuatu seperti sebuah tungku api, atasnya sempit sedangkan bagian bawahnya besar, dan menyala-nyala api dari bawahnya. Di dalamnya penuh dengan jeritan dan suara-suara hiruk pikuk.
Mereka pun melongoknya, ternyata di dalamnya terdapat para lelaki dan wanita dalam keadaan telanjang. Dan dari bawah ada luapan api yang melalap tubuh mereka. Jika api membumbung tinggi mereka pun naik ke atas, dan jika api meredup mereka kembali ke bawah. Jika api datang melalap, maka mereka pun terpanggang.
Rasulullah kembali bertanya, “Siapa mereka?”
Kedua tamunya menjawab, “Menjauhlah, menjauhlah!”
Akhirnya mereka kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini mereka mendatangi sebuah sungai, sungai yang merah bagai darah. Ternyata di dalam sungai tadi ada seseorang yang sedang berenang, sedangkan di tepi sungainya telah berdiri seseorang yang telah mengumpulkan bebatuan banyak sekali. 
Setiap kali orang yang berenang itu hendak berhenti dan ingin keluar dari sungai, maka orang yang ditepi sungai mendatangi orang yang berenang itu dan menjejali mulutnya sampai ia pun berenang kembali. Setiap kali si perenang kembali mau berhenti, orang yang di tepi sungai kembali menjejali mulut si perenang dengan bebatuan hingga dia kembali ke tengah sungai.
Rasulullah pun bertanya, “Apa yang dilakukan orang ini?!”
“Menjauhlah, menjauhlah!” jawab kedua tamunya.
Maka mereka pun melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan kali ini, mereka mendapatkan seseorang yang amat buruk penampilannya, sejelek-jeleknya orang yang pernah kita lihat penampilannya, dan di dekatnya terdapat api. Orang tersebut mengobarkan api itu dan mengelilinginya.
“Apa ini?!” tanya Rasulullah
“Menjauhlah, menjauhlah!” jawab kedua tamunya.
Lalu mereka melanjutkan perjalanan lagi. Dalam perjalanan mereka menemukan sebuah taman yang indah, dipenuhi dengan bunga-bunga musim semi.
 Di tengah taman itu ada seorang lelaki yang sangat tinggi, hingga Rasulullah hampir tidak bisa melihat kepala orang itu karena tingginya. Di sekeliling orang tinggi itu banyak sekali anak-anak yang tidak pernah Rasul lihat sebegitu banyaknya.
Melihat itu, Rasulullah kembali bertanya, “Apa ini? Dan siapa mereka?”
Kedua tamunya menjawab, “Menjauhlah, menjauhlah!”
Maka mereka pun pergi berlalu. Lalu mereka menyaksikan sebuah pohon yang amat besar, yang tidak pernah Rasul lihat pohon yang lebih besar dari ini. Pohon ini juga indah.
Kedua tamu Rasul berkata, “Naiklah ke pohon itu!”
Lalu mereka pun memanjatnya. Rasul dituntun menaiki pohon dan dimasukkannya ke dalam sebuah rumah yang sangat indah yang tak pernah Rasul lihat seumpamanya. Di dalamnya terdapat lelaki tua dan muda. Lalu mereka sampai pada sebuah kota yang dibangun dengan batu bata dari emas dan perak.
Mereka mendatangi pintu gerbang kota itu. Tiba-tiba pintu terbuka dan mereka memasukinya. Mereka disambut oleh beberapa orang, sebagian mereka adalah sebaik-baik bentuk dan rupa yang pernah kita lihat, dan sebahagiannya lagi adalah orang yang seburuk-buruk rupa yang pernah kita lihat. Kedua tamu yang bersama Rasulullah berkata kepada orang-orang itu, “Pergilah, dan terjunlah ke sungai itu!”
Ternyata ada sungai terbentang yang airnya sangat putih jernih. Mereka pun segera pergi dan menceburkan dirinya masing-masing ke dalam sungai itu. Kemudian mereka kembali kepada Rasululullah dan dua tamunya. Kejelekan serta keburukan rupa mereka tampak telah sirna, bahkan mereka dalam keadaan sebaik-baik rupa!
Lalu kedua orang tamu Rasulullah berkata, “Ini adalah Surga ‘Adn, dan inilah tempat tinggalmu!”
“Rumah pertama yang kau lihat adalah rumah orang-orang mukmin kebanyakan, adapun rumah ini adalah rumah para syuhada’, sedangkan aku adalah Jibril dan ini Mika’il. Maka angkatlah mukamu (pandanganmu).”
Maka mata Rasulullah langsung menatap ke atas, ternyata sebuah istana bagai awan yang sangat putih. Kedua tamu Rasulullah berkata lagi, “Inilah tempat tinggalmu!”
Rasulullah berkata kepada mereka, “Semoga Allah memberkati kalian.”
Kedua tamu itu lalu hendak meninggalkan Rasulullah. Maka Rasulullah pun segera ingin masuk ke dalamnya, tetapi kedua tamu itu segera berkata, “Tidak sekarang engkau memasukinya!” 
“Aku telah melihat banyak keajaiban sejak semalam, apakah yang kulihat itu?” tanya Rasulullah kepada mereka.
memberitakan kepadamu. Adapun orang yang pertama kau datangi, yang remuk kepalanya ditimpa batu, dia itu adalah orang yang membaca Al Qur’an tetapi ia berpaling darinya, tidur di kala waktu shalat fardhu (melalaikannya). 
Adapun orang yang digergaji mukanya sehingga mulut, tenggorokan, dan matanya tembus ke tengkuknya, adalah orang yang keluar dari rumahnya dan berdusta dengan sekali-kali dusta yang menyebar ke seluruh penjuru.
 Adapun orang laki-laki dan perempuan yang berada dalam semacam bangunan tungku, maka mereka adalah para pezina. 
Adapun orang yang kamu datangi sedang berenang di sungai dan dijejali batu, maka ia adalah pemakan riba. Adapun orang yang sangat buruk penampilannya dan di sampingnya ada api yang ia kobarkan dan ia mengitarinya, itu adalah malaikat penjaga neraka jahannam.
Adapun orang yang tinggi sekali, yang ada di tengah-tengah taman, itu adalah Ibrahim AS. Sedangkan anak-anak di sekelilingnya adalah setiap bayi yang mati dalam keadaan fitrah.”
Lalu di sela-sela penyampaian cerita ini, para sahabat bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan anak orang-orang musyrik?”
Rasulullah menjawab, “Dan anak orang-orang musyrik.”
Lalu Rasulullah SAW melanjutkan ceritanya.
Adapun orang-orang yang sebagian mukanya bagus, dan sebagian yang lain mukanya jelek, mereka itu adalah orang-orang yang mencampuradukan antara amalan shalih dan amalan buruk, maka Allah mengampuni kejelekan mereka.

Bersediakan kita bertemu-NYA


MEMANG tiada siapa pun dapat menduga bila saat kematian mereka akan tiba. Sebab itu ramai yang masih leka dan tiada persediaan ‘menanti’ saat kematian mereka.

Allah berfirman yang bermaksud: “Setiap yang hidup pasti akan merasai mati, dan Kami menguji kamu dengan kesusahan dan kesenangan sebagai cubaan; dan kepada Kamilah kamu akan kembali.” (Surah al-Anbiya ayat 35). Tahukah kita bahawa malaikat maut sentiasa merenung serta melihat wajah seseorang itu 70 kali dalam sehari? Andainya manusia sedar hakikat itu, nescaya mereka tidak lalai mengingati mati.

Oleh kerana malaikat maut adalah makhluk ghaib, manusia tidak dapat melihat kehadirannya, sebab itu manusia tidak menyedari apa yang dilakukan malaikat Izrail.

Hadis Nabi s.a.w yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas r.a bahawa Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud: “Bahawa malaikat maut memerhati wajah manusia dimuka bumi ini 70 kali dalam sehari. Ketika Izrail datang merenung wajah seseorang, didapati orang itu ada yang gelak-ketawa.

Maka berkata Izrail:
‘Alangkah hairannya aku melihat orang ini, sedangkan aku diutus oleh Allah untuk mencabut nyawanya, tetapi dia masih berseronok dan bergelak ketawa.’”Justeru, tidak hairanlah, jika ramai manusia yang masih mampu lagi bergelak sakan dan bersenang-lenang seolah mereka tiada masalah yang perlu difikirkan dalam hidup. Takdirnya esok hari terakhir Allah ‘pinjamkan’ nyawa kepada kita untuk bernafas di muka bumi ini adakah kita sudah cukup bekalan bagi menghadapi dua fasa berikutnya iaitu alam barzakh dan alam akhirat?

Tiada seorang pun di dunia ini dapat menggambarkan bagaimana perasaan dan pengalaman mereka menghadapi saat kematian. Ajal tidak mengenal sesiapa sama ada mereka itu tua, muda, sihat, kaya atau miskin.

Rasulullah s.a.w juga menjelaskan dalam hadisnya bahawa kesakitan ketika hampir mati itu seperti ditetak 100 kali dengan pedang tajam atau seperti dikoyak kulitnya dari daging ketika hidup-hidup.

Bayangkanlah betapa sakit dan dahsyatnya saat menghadapi kematian. Kalau hendak diikutkan siapa yang  hendak nyawanya dicabut dalam keadaan yang amat menyeksakan.

Maka amat beruntunglah sesiapa yang matinya dalam keadaan khusnul khatimah (kebajikan).

Salman Al-Farisi meriwayatkan hadis Nabi s.a.w yang bermaksud: “Perhatikanlah tiga perkara kepada orang yang sudah hampir mati itu. Pertama: berpeluh pada pelipis pipinya; kedua: berlinang air matanya dan ketiga: lubang hidungnya kembang kempis.

“Manakala jika ia mengeruh seperti tercekik, air mukanya nampak gelap dan keruh dan mulutnya berbuih, menandakan menandakan azab Allah sedang menimpa dia.” (Hadis riwayat Abdullah, al-Hakim dan at-Tarmizi)

Kematian ‘menjemput’ manusia secara perlahan-lahan atau beransur-ansur mulai daripada jasad, hujung kaki kemudian ke paha.

Bagi orang kafir pula, apabila nyawanya hendak dicabut Izrail, wajahnya akan menjadi gelap dan keruh dan dia mengeruh seperti binatang yang disembelih.

Itu pula tanda azab yang diterimanya disebabkan dosa dan kekufuran mereka.

Al-Qamah bin Abdullah meriwayatkan hadis Rasulullah s.a.w yang bermaksud: “Bahawa roh orang mukmin akan ditarik oleh Izrail dari jasadnya dengan perlahan-lahan dan bersopan sementara roh orang kafir pula akan direntap dengan kasar oleh malaikat maut bagaikan mencabut nyawa seekor khimar.”

Allah juga turut menimpakan seorang Muslim yang berdosa itu dengan kekasaran ketika mereka menghembuskan nafasnya yang terakhir sebagai kaffarah dosanya.

Mungkin ada juga orang kafir yang mati dalam ketenangan mungkin kerana ketika hidupnya dia berbuat kebajikan dan itu adalah balasan terhadapnya kerana setiap kebajikan pasti akan dibalas.

Tetapi kerana tidak beriman, ia tidak menjadi pahala kebajikan dan kekufurannya tetap diazab pada hari akhirat kelak.

Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud: “Apabila telah sampai ajal seseorang itu maka akan masuklah satu kumpulan malaikat ke dalam lubang-lubang kecil dalam badan dan kemudian mereka menarik rohnya melalui kedua-dua telapak kakinya sehingga sampai ke lutut.

“Setelah itu datang pula sekumpulan malaikat yang lain masuk menarik roh dari lutut hingga sampai ke perut dan kemudiannya mereka keluar. Datang lagi satu kumpulan malaikat yang lain masuk dan menarik rohnya dari perut hingga sampai ke dada dan kemudiannya mereka keluar.

“Dan akhir sekali datang lagi satu kumpulan malaikat masuk dan menarik roh dari dadanya hingga sampai ke kerongkong dan itulah yang dikatakan saat nazak orang itu.”

Malaikat Izrail menjalankan arahan Allah s.w.t dengan sempurna. Dia tidak diutuskan hanya untuk mencabut roh orang sakit saja ataupun roh orang yang mendapat kecelakaan dan malapetaka.

Kematian mungkin berlaku kerana sebab bencana seperti gempa bumi, banjir, kebakaran dan ada juga yang matinya disebabkan kemalangan, diserang penyakit berbahaya seperti kanser, jantung, Aids, denggi dan taun.

Seorang yang sedang sakit tenat, menjadi rahmat yang tinggi nilainya kerana Allah masih memberi peluang supaya mereka sedar akan kesilapan yang mereka lakukan selama hidup di dunia.

Maka waktu itu mereka masih berpeluang bertaubat dari dosa dan kesilapan. Begitu juga halnya dengan orang mati mengejut disebabkan kemalangan. Ia memberi pengajaran dan peringatan kepada mereka yang masih hidup supaya berhati-hati dan tidak lalai berusaha untuk memperbaiki diri.

Justeru, bagi mereka yang masih diberikan nikmat kehidupan perlu sentiasa mengambil iktibar terhadap segala yang berlaku. Allah menjadikan sebab kematian itu bagi memenuhi janji-Nya kepada malaikat maut.

Saidina Abbas meriwayatkan dalam sebuah hadis antara lain menerangkan malaikat Izrail berasa sedih apabila ditugaskan mencabut roh makhluk bernyawa.

Ini kerana antara makhluk bernyawa itu adalah termasuk manusia yang terdiri daripada kekasih Allah iaitu Rasul, nabi, wali dan orang soleh.

Malaikat maut mengadu kepada Allah betapa dirinya tidak disenangi keturunan Adam
a.s.
Dia mungkin dicemuh kerana mencabut roh manusia yang mana menyebabkan orang berduka cita akibat kehilangan orang tersayang dalam hidup mereka.

Justeru, jika seseorang Muslim itu meninggal dunia, beberapa langkah penting perlu dilakukan seperti menempatkan jenazah di tempat yang sesuai sebagai menghormatinya, sunat meletakkan keadaan kakinya menghala ke arah kiblat, tanggalkan pakaian berjahit, tutupkan jenazah dengan sehelai kain nipis ke atas seluruh jasadnya, rapatkan kedua-dua belah matanya dan mulutnya, letakkan kedua-dua tangan jenazah di atas dadanya sebagaimana dalam keadaan qiam (berdiri) ketika solat, letakkan sesuatu yang sederhana berat di atas perutnya seperti gunting dan pisau serta sunat bagi yang hidup mencium jenazah.

Umat Islam dilarang mengaitkan kematian seorang Muslim itu dengan tanda tertentu. Itulah yang menyebabkan umat Islam semakin mundur kerana terlalu banyak mempercayai perkara khurafat dan tahyul.

Jika ada kematian seperti kemalangan contohnya kita ditegah untuk bertanya kepada waris apakah perbuatan ganjil yang dilakukan sebelum kematiannya.Tiada siapa pun dapat mengelak daripada mati melainkan Allah dan kematian tetap akan datang tepat pada masanya.

Apabila sampai ajal seseorang, umat Islam digalakkan memberi nasihat kepada keluarga si mati supaya bertenang dan banyakkan bersabar.

Islam menegah amalan keterlaluan seperti menjerit dan meratapi kematian. Mereka yang masih hidup peluang perlu dimanfaatkan dengan memperbaiki keadaan diri yang ternyata banyak melakukan kesilapan dan kesalahan.

Tiada daya atau usaha yang boleh menyelamatkan kita daripada kematian.Kematian menjadikan hati manusia menjadi sedih serta berpisah dengan keluarga tercinta. Hanya amalan soleh saja akan membawa kita bertemu Allah. InsyaAllah